Rabu, 05 September 2012

Tentang Kesehatan

Kasus ISPA & Diare Meningkat 20 Persen

Angka kasus penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan diare yang ditangani Puskesmas Jatipuro, Karanganyar, mengalami peningkatan 20 persen dua bulan terakhir.
Hal itu diungkapkan Kepala UPT Puskesmas Jatipuro, dr Kristanto Setyawan, saat ditemui di kantornya, Sabtu (1/9/2012). “Untuk bulan Juli saja tercatat 77 kasus diare dan 126 kasus ISPA. Jumlah itu terbilang naik sekitar 20 persen dibanding angka kasus pada bulan-bulan biasa. Tapi belum sampai terjadi kejadian luar biasa (KLB),” katanya.
Kristanto menjelaskan situasi dinyatakan KLB bila persentase peningkatan angka kasus lebih dari 100 persen. Peningkatan angka kasus terjadi karena tingginya mobilitas warga selama Lebaran. Selain iotu karena kurang terjaganya kebersihan makanan yang dikonsumsi. “Jumlah penderita penyakit ini memang selalu meningkat setelah Lebaran,” imbuhnya.
Kristanto menerangkan penanganan penderita ISPA dan diare dilakukan dengan pemberian obat. Lebih dari itu, bidan desa dan petugas promosi kesehatan (promkes) didorong untuk menyosialisasikan cara pencegahan dua penyakit tersebut. Kongkretnya berupa perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menjaga stamina dengan cukup istirahat, mengurangi konsumsi es dan rokok.
Begitu juga sosialisasi pencegahan penyakit diare dengan membiasakan diri cuci tangan memakai sabun, menjaga kesehatan lingkungan, menjaga kebersihan makanan dan tidak membuang air besar sembarangan. “Saat ini masih ada sebagian warga yang buang air besar di kali atau pekarangan. Alasannya sudah menjadi kebiasaan sejak kecil,” imbuhnya.
Dari 10 desa di Kecamatan Jatipuro belum ada satu pun desa yang bebas 100 persen dari perilaku buang air besar sembarangan. Berdasar pendataan petugas Puskesmas diketahui persentase ketersediaan jamban di 10 desa di Jatipuro baru mencapai 79 persen. Selain tidak membuang air besar di pekarangan dan kali, warga juga diminta mengonsumsi air bersih. Sebab cakupan ketersediaan air bersih di Jatipuro sudah mencapai 100 persen.


Pengawasan Makanan Diperketat

Maraknya peredaran makanan tak layak konsumsi karena mengandung pengawet berbahaya di beberapa pasar tradisional, mendapat perhatian khusus dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM (Disperindagkop dan UMKM) Karanganyar. Rencananya Disperindagkop bakal memperketat pengawasan distribusi makanan, utamanya makanan ringan untuk anak-anak di pasar-pasar.
Kepala Disperindagkop dan UMKM Karanganyar, Sundoro, menyatakan pengawasan akan dimulai sejak distributor meletakkan makanan dagangannya di pasar. “Kalau ada yang kedaluwarsa atau mengandung pengawet dan pewarna berbahaya langsung kami kembalikan,” jelasnya, Rabu (8/8).
Sundoro mengaku, sudah mengambil tindakan terkait dengan ditemukannya makanan yang mengandung bahan-bahan berbahaya. Sanksi awal berupa teguran sudah dilayangkan pihaknya. “Karena belum memakan korban, saat ini kami baru bisa memberikan teguran dan imbauan saja. Kami meminta pedagang untuk lebih mencermati makanan yang dijual agar tak memakan korban,” tambahnya.
Diungkapkan Sundoro, pengawasan distribusi makanan hanya bisa dilakukan di pasar-pasar tradisional. Untuk makanan dan jajanan yang dijual di toko-toko yang ada di pinggir jalan, Disperindagkop hanya bisa memberikan imbauan saja.
“Kalau untuk makanan yang ada di pasar, kami bisa mengontrolnya melalui lurah pasar. Tetapi kalau yang ada di toko-toko di luar pasar, kita belum bisa berbuat banyak,” jelasnya.
Sebelumnya, Dinkes Karanganyar menggelar Sidak kelayakan makanan di empat pasar tradisional, yaitu di Pasar Karangpandan, Tegalgede, Jungke, dan Palur. Dari hasil Sidak yang tersebut ditemukan 11 jenis makanan mengandung pewarna berbahaya jenis rhodamin-B dan pengawet berbahaya seperti boraks dan formalin.

Dinas Kesehatan Gelar Sidak di Pasar Makanan Tanpa Tanggal Kedaluwarsa Beredar Luas

Untuk mencegah beredarnya makanan berbahaya karena mengandung formalin dan zat pewarna menjelang lebaran, Dinas Kesehatan (Dinkes) Karanganyar menggelar inspeksi mendadak (Sidak) di Pasar Karangpandan dan Tegalgede, Senin (6/8).
Sidak yang dipimpin oleh Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Karanganyar, Fatkul Munir, dilakukan dengan menyusuri los-los pedagang yang menjual makanan seperti bakso, snack, mi basah, dan ikan.
Dalam Sidak itu didapati beberapa temuan seperti adanya makanan yang tak mencantumkan tanggal kedaluwarsa, legalitas, dan komposisi bahan makanan. Selain itu, untuk makanan yang dibuat oleh industri rumah tangga juga didapati tidak mencantumkan izin industri di kemasannya.
“Ada makanan jenis nata de coco yang tak mencantumkan tanggal kedaluwarsa dan komposisi bahan pembuatan. Ada juga makanan ringan berbentuk stik keju dan sambal kemasan yang tidak dicantumkan izin industrinya di kemasan,” jelas Munir.
Sidak juga dilakukan di los-los pedagang makanan kiloan. Di los-los ini, sejumlah makanan seperti makanan ringan jenis telur gabus, permen bobo, dan wafer merek Colombus dicurigai memakai pewarna makanan yang tidak diizinkan, karena warnanya sangat mencolok. Harga aneka makanan itu yang relatif murah semakin menguatkan kecurigaan itu.
“Kami juga menemukan ada satu bungkus agar-agar berbagai warna beserta toplesnya hanya dijual Rp 5.000. Ini akan kami periksa terkait bahan pewarna yang dipakai,” ujar Munir.
Selain pemeriksaan pada makanan ringan, beberapa makanan lauk pauk juga diperiksa petugas karena warnanya yang mencolok. Tahu kuning, mi kuning basah, bakso daging, dan ikan diambil sedikit sampelnya oleh petugas untuk dicek pengawet dan pewarna yang digunakan.
“Jika kedapatan makanan tersebut menggunakan bahan-bahan berbahaya, kami akan merekomendasikan kepada lurah pasar untuk menghentikan peredaran makanan tersebut,” jelasnya.
Sementara itu, salah seorang pedagang bakso, Sutikno, menyatakan dirinya tidak menggunakan pengawet untuk bakso dagangannya. Ia mengaku hanya mencampur daging sapi dan daging ayam untuk baksonya, karena harga daging sapi yang saat ini mahal.

Enam Kecamatan Rawan Demam Berdarah

Enam Kecamatan di Kabupaten Karanganyar masuk dalam zona rawan Deman Berdarah (DB). Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar mengatakan enam kecamatan tersebut adalah Kecamatan Gondangrejo, Colomadu, Jaten, Kebakkramat, Tasikmadu dan Karanganyar Kota.
Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) DKK, Fathul Munir mengatakan saat ini Dinasnya sedang fokus memperhatikan daerah-daerah yang rawan terhadap DB. Pasalnya Kementerian Kesehatan memperkirakan pada tahun 2012 ini akan terjadi ledakan kasus DB karena perubahan cuaca yang ekstrem dan siklus lima tahunan DB.
Fathul mengatakan penekanan pengawasan DB di enam kecamatan tersebut dilakukan karena keenam daerah tersebut memang merupakan daerah endemis DB.
“Enam kecamatan tersebut sejak dulu memang endemis DB, selain itu memasuki di musim pancaroba ancaman DB lebih tinggi. Januari hingga Maret kali ini sudah ada 16 kasus DB, tapi Alhamdulillah hingga detik ini belum ada yang meninggal, kalau bisa janganlah,” pintanya.
Dan jika dihitung sebagai siklus lima tahunan sekali, ledakan DB yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2012 ini. Apalagi dengan kondisi cuaca ekstrem yang kadang hujan dan kadang panas membuat pertumbuhan jentik nyamuk aedesaegepty semakin cepat. Munir mengatakan untuk mengurangi penyebaran BD yang perlu dilakukan masyarakat adalah dengan perubahan pola gaya hidup dan selalu menjaga kebersihan serta memantau jentik di seluruh penjuru rumah yang menampung air.
Ia menambahkan penyemprotan atau fogging bukanlah solusi terbaik,karena semakin sering dilakukan penyemprotan dengan obat insektisida, maka nyamuk akan resistansi nyamuk. “Keturunan nyamuk yang tidak mati sewaktu penyemprotan akan melahirkan generasi yang kebal terhadap obat insektisida,” .


SEMINAR SEHARI KESEHATAN IBU DAN BAYI DALAM RANGKA PROGRAM PENURUNAN AKI DAN AKB

Sekitar ±400 Bidan Anggota IBI (Ikatan Bidan Indonesia) di  Karangayar mengikuti Seminar Sehari Kesehatan Ibu dan Bayi Dalam Rangka Program Penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi)  diselenggarakan oleh IBI bekerja sama dengan RS PKU Muhammadiyah Karanganyar selaku panitia penyelenggara kegiatan bertempat di Hotel Tamansari Karanganyar (13/03/2012).
Dalam sambutannya Direktur RS PKU Muhammadiyah dr.Hj. Endah Umar  yang diawali dengan kata pembuka  “Hallo Bidan, dan dijawab oleh peserta Cerdas Luar Biasa”. Dikatakan pula kegiatan ini bertujuan untuk Silahturahmi dengan anggota IBI,  agar selalu berkesinambungan dan  bekerjasama dengan RS PKU Muhammadiyah Karanganyar, Ikut mensukseskan program MDGs (Milenium Development Goods) yang salah satunya menurunkan angka kematian Ibu dan Bayi dan Merealisasikan salah satu misi  RS PKU Muhammadiyah Karanganyar dalam memberikan pelayanan rujukan yang memuaskan bagi masyarakat.  RS PKU Muhammadiyah juga menerima JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat) kapanpun dan tidak di pungut biaya sepeser pun.
Acara dilanjutkan penyampaian materi yang pertama Dr. Elief Rohana, SpA, M.Kes dengan materi Penanganan BBLR (Bayi Lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr). Materi kedua adalah Penanganan Pendarahan Paska Persalinan dengan Kondom Kateter oleh Dr. N. Tri Kurniati, Sp.OG.
Demikian Dishubkominfo  Kab. Karanganyar (pj /f3a / anggun)

Olah Bekatul Menjadi Obat Berbagai Penyakit

Hasil penggilingan padi atau yang biasa dikenal dengan nama bekatul ternyata mempunyai banyak khasiat lebih, tidak hanya sebatas untuk pakan ternak. Di tangan pasangan Hadi Suwarso (64) – Panti (51), warga Plosorejo RT 02 RW II Desa Ploso Tengah, Kecamatan Matesih Karanganyar, ampas penggilingan padi yang biasanya hanya digunakan untuk pakan ternak ternyata bisa diracik menjadi sebuah minuman kesehatan yang bisa mengobati berbagai jenis penyakit.
Pasalnya dengan beberapa campuran bahan organik lainnya, ampas beras tersebut bisa dibuat menjadi sebuah minuman kesehatan yang bermanfaat dan berkhasiat mengobati beberapa penyakit, mulai dari diabetes atau penyakit gula, kolesterol, asma, osteoporosis hingga jantung koroner yang menghantui warga masyarakat dan penyakit lainnya.
Dengan keuletannya, kedua pasangan ini berhasil meracik sebuah minuman dari bekatul jenis beras merah. Bahkan saat ini olahannya sudah mulai dipasarkan ke beberapa daerah, seperti Semarang, Yogyakarta, Purwokerto, bahkan mencapai Bali dan Lombok.
Beras merah yang mereka pakai adalah jenis beras merah unggulan dan sifatnya organik yang tidak memakai bahan berbahaya saat menanam beras tersebut. Awal mulanya, Ibu Panti (51) dan suaminya fokus dalam usaha penggilingan padi dan menyetorkan beras putih biasa di beberapa pasar di Surakarta. Namun karena ada permintaan akan beras lainnya dirinya pun mencoba terjun untuk memasarkan beberapa jenis beras lainnya seperti beras merah, beras hitam, pandan wangi dan beras lainnya.
Hingga suatu saat, ada permintaan dari seorang dokter di Semarang guna mengolah bekatul atau ampas dari kulit ari beras merah menjadi sebuah minuman yang akan diberikan kepada pasiennya sebagai vitamin tambahan. Faktanya dengan meminum ramuan bekatul tersebut banyak pasien tersebut yang mengaku sembuh dari penyakitnya. “Pertamanya ada yang mengaku sembuh dari beri-beri setelah meminum racikan bekatul tersebut secara rutin selama beberapa hari,” ucapnya saat ditemui Joglosemar, Minggu (19/2).
Karena sang dokter terus memesan, ia mulai serius menggarap permintaan tersebut dan ditambahkan dengan petunjuk dokter dengan menambahkan beberapa rempah-rempah yang bersifat organik agar dapat mengobati penyakit lainnya juga. “Alhamdulillah sekarang sudah banyak orang yang mengonsumsi karena memang terbukti bisa mengobati berbagai ragam penyakit,” jelas dia. Saat ini bekatul merah tersebut sudah diproduksi secara massa dan diberi nama Red Bran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar